Pengungsi Sinabung (detik.com) |
Mereka juga sulit puasa, karena di posko tak tersedia makan sahur. Meski posko penampungan menyediakan tiga kali makan, tapi untuk warga muslim tidak tersedia makan sahur. Hal inilah yang membuat Ukur Melila (58) tak bisa berpuasa selama di pengungsian.
Nenek yang berasal dari Desa Sukanalu, Kecamatan Laman Teran, di kaki Gunung Sinabung, itu mengaku ingin segera pulang ke rumahnya. Ukur Melila dan seorang cucunya, Azmi Melila (5) saat ini ditampung di Posko Sempakata, Kabanjahe.
Penampungan ini, meski aman tapi tetap tidak nyaman. Debu dan udara dingin membuat darah tinggi nenek delapan cucu ini kumat. "Kami dua hari ini tidur beralas tikar pandan saja, kepalaku mulai suka pusing," katanya.
Saat letusan pertama, Ukur Melila tak sempat membawa harta benda. Hanya baju di badan yang dibawanya. Nenek ini mengaku panik saat Sinabung memuntahkan debu vulkanik mulai Jumat (27/08). "Ya, Tuhan. Kemanalah kami ini, lindungilah kami ya, Allah," kata Ukur Melila menceritakan situasi saat itu.
Hujan abu dan bumi yang bergemuruh sangat terasa di desanya yang persis di kaki Sinabung. Semua panik, termasuk Ukur Melila. Sambil menggendong cucunya, Azmi Melila, nenek ini berlari sekencang-kencangnya ke tempat yang aman. Mereka selamat, setelah berhasil menumpang mobil warga lain.
"Aku ingin pulang, ingin mengurus ladang," Kata Ukur Melila sambil berharap Gunung Sinabung berhenti murka.(kompas.com)
No comments:
Post a Comment