Periksa kesehatan (hariansumutpos.com) |
Bukti minimnya sarana MCK terlihat dari banyaknya pengungsi yang harus mengantre saat pagi hari di depan kamar mandi. Bahkan, pengguna kamar mandi sampai dijatah dua menit perorang.
“Ini sangat menyiksa. Kami harapkan segera ada solusi dari pemerintah,” ujar Sembiring mewakili pengungsi, yang ditemui koran ini di Jambur Sempakata, Kabanjahe, Selasa (31/8) pagi.
Pengungsi juga mengharapkan pasokan air bersih yang sehat untuk konsumsi. Pasalnya, air tambahan yang didatangkan dengan mobil tangki termasuk diyakini pengungsi kurang steril. Warnanya keruh kenung-kuningan. “Kami berharap ini jadi prioritas,” ucap warga lainnya.
Pantauan di sejumlah tempat pengungsian, jumlah MCK memang tidak sebanding dengan jumlah pengungsi yang hingga kemarin sore jumlahnya mencapai 24 ribu lebih. Mayoritas lokasi pengungsian hanya punya 4 hingga 6 kamar mandi untuk kebutuhan MCK.
Terkait air bersih yang dipasok berasal dari air yang layak konsumsi, namun cara pengangkutannya yang bermasalah karena menggunakan mobil yang sudah usang hingga tangkinya berkarat.
”Kondisi mobil yang menyebabkan air menguning. Tetapi kalau kondisi darurat begini mau bagaimana lagi. Mobil tua juga harus turun,”tegas salah seorang supir yang ditemuai di lapangan.
Hindari bantuan susu formula
Sementara itu puluhan ribu pengungsi meminta bantuan susu formula untuk anak-anak mereka. Namun, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tidak menuruti permintaan itu. Alasannya, sudah ada imbauan dari kementrian keseharan agar anak-anak di pos-pos pengungsian tidak diberi susu formula.
Pasalnya, bila anak-anak balita mengkonsumsi susu formula maka hanya akan menambah persoalan di pengungsian. “Karena kalau minum susu formula, malah bahaya, bisa diare. Makanya, meskipun banyak yang minta, tapi tidak kita tangani. Imbauan dari kementrian kesehatan, agar aanak-anak tetap diberi ASI (air susu ibu,red),” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNBP Priyadi Kardono , Selasa (31/8).
Masalah kesehatan memang mendapat perhatian khusus. Rencananya, pada Kamis (2/9) besok Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih akan datang ke Tanah Karo untuk melihat kondisi kesehatan para pengungsi, yang menurut data BNPB, hingga kemarin siang berjumlah 24.111 orang.
Mengenai penderita ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), untuk anak balita jumlahnya mencapai 210. Sedang untuk usia di atas 5 tahun, yang terkena ISPA sebanyak 934 orang. Priyadi menjelaskan, untuk menangani ISPA, tenaga medis yang ada di lapangan sudah cukup jumlahnya. “Ada dokter, ada perawat,” katanya.
Priyadi menjelaskan, hingga saat ini penanganan masih difokuskan pada masalah kebutuhan sandang, pangan, dan papan (tempat tinggal). Untuk makanan, lanjutnya, sudah tidak ada masalah alias sudah tercukupi. Namun diakui, pada hari pertama pascameletusnya Gunung Sinabung sempat terjadi masalah makanan. Misalnya, beras yang dimasak untuk 300 orang, tapi tiba-tiba pengungsi yang datang bisa mencapai 3000-an.
Meski ada masalah, lanjut Priyadi, nyatanya tidak ada pengungsi yang tidak bisa makan. Priyadi menduga, hal ini terkait dengan adat setempat yang mengutamakan kebersamaan.
“Meski pada hari pertama makanan kurang, tapi semua tetap bisa makan, meski sedikit tapi merata. Itu karena bagusnya adat kebersamaan di sana,” kata Priyadi.
Kepala BNPB Syamsul Maarif dua hari lalu sudah meninjau langsung ke pos-pos pengungsian. Mengenai tempat pengungsian, Priyadi mengatakan, hingga kemarin memang kondisi pos-pos pengungsian masih sangat padat. Priyadi mengatakan, pihaknya masih menunggu keterangan dari Pusat Vulkanologi mengenai kondisi Gunung Sinabung.
Jika dinyatakan kondisi gunung stabil, maka ada kemungkinan ada sebagian pengungsi yang sudah diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing. Priyadi sempat mengungkapkan keheranannya terhadap data jumlah data pengungsi yang diterimanya dari daerah.
Pasalnya, dalam sehari kemarin, terjadi tiga kali perubahan data. Pada Senin (30/8) malam, jumlah pengungsi dikatakan 30.056. Lantas, pada Selasa pagi, menyusut menjadi 28 ribuan, dan pada siangnya berubah lagi menjadi 24.111. “Tapi disampaikan ke presiden, jumlahnya 23.278 orang,” ujarnya.(hariansumutpos)
No comments:
Post a Comment