Belajar di pengungsian (hariansumutpos.com) |
Ketua Komnas Perlindungan Anak (PA) Indonesia Arist Merdeka Sirait menyayangkan penanganan pengungsi Gunung Sinabung yang ada di posko-posko. Pemkab Karo kurang memperhatikan anak-anak yang ada di pengungsian, mereka lebih peduli terhadap pengungsi dewasa.
Trauma anak di Tanah Karo akibat letusan Gunung Sinabung sangat perlu diperhatikan agar tidak berkepanjangan, ujar Ketua Komnas PA Indonesia Arist Merdeka Sirait, Sabtu (4/9) saat melakukan pembekalan kepada seratusan relawan Posko Anak Ceria lereng Sinabung yang tergabung dalam Posko relawan KAKR GBKP.
Kedatangan rombongan Komnas PA disambut Ketua Moderamen GBKP Pdt MP Barus, Kabid Koinonia Pdt Erick J Barus, Kabid SDM Pdt Rosmalia Barus, Pdt Agustinus Purba, Ketua KAKR Moderamen Pdt Oklin J Tarigan, Wakil Ketua D Gurusinga, Wakil Sekretaris Junaidi Tarigan dan Tri Agus Ginting.
Untuk menanggulangi trauma anak, seharusnya di posko yang ada, Pemkab membuat tenda-tenda khusus anak, dimana dilaksanakan pendidikan kepada anak minimal 1 jam perhari (emergency School), ujar Arist lagi.
Kalau anak korban bencana alam seperti Krakatau atau seperti di Jepang tidak begitu besar traumanya, karena mereka sudah sering mengalami hal yang sama.
Bahkan kalau di Jepang, gempa itu sudah menjadi kebiasaan sehingga anak-anak juga terbiasa. Sedangkan di Tanah Karo, walaupun tidak ada korban jiwa, namun perlu diingat, trauma anak sangatlah besar mengingat peristiwa meletusnya gunung baru kali ini mereka alami. Peristiwa meletusnya gunung Sinabung sudah lama terjadi sekitar 400 tahun lalu (menurut cerita orang-orang yang tua, meletus sekitaran tahun 1600). Akibatnya trauma mereka sangat luar biasa. Hal itu seharusnya menjadi pantauan pemerintah.
“Saya lihat di posko-posko yang ada, pada umumnya hanya keperluan orang dewasa, sedangkan untuk anak sangat kurang, bahkan jauh dari yang diharapkan,” ujarnya.
Untunglah KAKR GBKP bersama relawan yang tergabung di dalamnya cepat tanggap dengan kondisi ini. KAKR GBKP sudah bergerak ke beberapa posko untuk mengajak anak-anak korban pengungsian untuk bermain dan belajar beberapa kegiatan sehingga mereka bisa melupakan peristiwa yang dialaminya.
Ketua Komnas PA Indonesia Arist Merdeka Sirait yang datang bersama Direktur Pelayanan Sosial Anak Kementerian Sosial Hari Hikmad, Kasubdit Kelembagaan dan Advokasi Sosial Anak Kiki Riadi, Jaring Kawan Atika, Beni Suyanto dan tim lainnya menyatakan kehadiran mereka ke lokasi bencana ini sudah sering dilaksanakan.
Kali ini karena yang terkena bencana adalah Tanah Karo maka mereka turun secara bersama. Untuk itu timnya menggandeng KAKR Moderamen GBKP untuk bekerja sama mengatasi trauma anak korban pengungsian di Posko-posko yang ada.
Pelatihan singkat
Direktur Pelayanan Sosial Anak dari Kementerian Sosial dan Komnas PA Indonesia menyempatkan diri memberikan pelatihan singkat kepada relawan seperti lagu, ketrampilan anak serta penganggulangan masalah anak di lapangan. Dalam kesempatan itu Komnas PA dan Kementerian Sosial RI menyerahkan bantuan Art and Notebook untuk sarana belajar bagi anak korban bencana alam yang diterima secara simbolis oleh Ketua KAKR Moderamen GBKP Pdt Oklin J Tarigan.
Ketua KAKR Moderamen GBKP Pdt Oklin J Tarigan didampingi Wakil Ketua D Gurusinga SE mengatakan, relawan dari guru-guru KAKR, Permata dan Pandu Piara pada hari ini sudah mencapai seratusan orang dan melayani 12 Posko pengungsian hingga ke Perbesi dan Tiga Binanga serta di lokasi seputar Kabanjahe dan Berastagi.
Adanya koordinasi Komnas Perlindungan Anak Indonesia serta Kementerian Sosial dari Jakarta cukup membantu para relawan untuk bisa lebih banyak melayani anak. Dalam sepekan terakhir, KAKR Moderamen sudah bekerja terus menerus membantu para korban bencana melalui nyanyian, cerita, permainan serta bantuan makanan ringan.(hariansib.com)
No comments:
Post a Comment